Dialog 1
Setelah muncul sebuah gagasan.
Lekas ia sekitarnya, ternyata belum seorang pun berjualan di situ. Ia girang
dan buru-buru pulang menemui istrinya. Lalu berdua lari kesana kemari.
Paing : “Bu…. Saya punya
kabar baik.”
Istri : “Kabar baik apa
kang ?.”
Pain : “Pagi tadi akang
berjalan menuju lorong pasar,sambil mengamati tingkah laku ibu-ibu yang sedang sibuk berbelanja
lalu tidak sengaja Akang melewati rumah juragang bajay. Sopir-sopir pada jongkok
bergerombol menuggu penumpang, dari situlah Akang berfikir bagaimana kalau kita
berjualan disana karena besar kemungkinan peluangnya untuk mendapatkan uang
sangat besar, selain itu pasti para sopir itu sebelum bekerja pasti membutuhkan
sarapan.”
Istri : “Baiklah kalau itu keputusan Akang, saya hanya bisa membantu.”
Paing : “Kalau begitu, besok
kita harus mulai berjualan.”
Istri : “Iya Kang, nanti sore saya akan kepasar membeli bahan makan
untuk dijual besok”.
Paing : “Baiklah nanti
sore akang megantar ibu berbelanja kepasar.”
Istri : “Semoga dagangan
kita besok habis terjual”
.Paing : “Kalau soal itu
sudah pasti, apa lagi masakan ibu sangta enak.”
Dialog 2
Namun, ketika ia akan mulai jualan lagi
terkejut bukan main. Tempatnya oleh teman yang semula sangat dipercaya. Bahkan
sudah diubah dengan peralatan yang lebih permanen; tenda, gerobak, dan
bangku-bangku. Ia tela di hianati. Marah seperti orang gila. Sungguh
heran, temanya kalem-kalem saja. Ia ingin berkelahi. Ia jadi pecundang. Pukulan
hebat menghantamnya. Ia roboh kesakitan.
Istri : “Ada apa Kang?
Kenapa Akang terlihat sangat kecewa?.”
Paing : “Orang yang
selama ini Akang percaya,orang yang kemarin Akang titipkan jualan kita, kini
telah berhianat dia telah menguasai jualan kita.”
Istri : “Sabar Kang,
mungkin itu bukan reski kita, mungkin ada jalan lain yang di rencanakan
oleh yang Maha Kuasa untuk hidup kita kedepannya. Sekarang kita harus sama-sama
berdoa semoga gantinya nanti akan lebih baik.”
Paing : “Semoga apa yang
kita harapkan itu bisa terwujud Bu.”
Istri : “Amin…. Ya Rabb..”
Dialog 3
Tante beranjakke meja telepon. Ia
pura-pura tidak mendengarkan pembicaraan
itu. Tetapi diam-diam dibuka lebar-lebar. Sudah terbayang kesulitannya akan
berakhir. Telinganya menangkap pembicaraan soal gaji. Hampir saja ia melonjak
gembira, “Oh, Sembilan
puluh ribu!” Untung cepat
ditahanya. Belum selesai tante meletakkan gagang telepon, seakan-akan ia sudah
tahu semuanya. Bukan maing garing hatinya. Ia tak tahan lagi berlama-lama di
situ. Ia ingin cepat berlari menemui suaminya.
Istri : “Kang… saya bawa kabar
baik.”
Paing : “Kabar baik apa
Bu?.”
Istri : “Barusan Ibu
pulang dari rumah Tante yang punya usaha senam itu, Dia bialng ada temannya
sedang mencari tukan kebun dan Dia menawarkan Akang untuk bekerja disana.”
Paing : “Alhamdulillah
Bu, kalau begitu kapan Akang mulai bekerja?.”
Istri : “Kalau soal itu
Kang, Ibu juga krang tau, tapi Tante pengusaha senam itu bilang bahwa Dia yang
mengantar Akang besok.”
Paing : “Baiklah Bu kalau
begitu, semoga pekerjaan ini cocok dengan saya.”
Istri : “Amin...”